Sikunir, Desa Sembungan, Dieng Plateau, Desa tertinggi
di Pulau jawa
Inilah perjalana yang aku lakukan saat kepulanganku ke Kotaku
Tegal,Jawa Tengah kemarin dalam agenda libur lebaran di tambah dengan hari
pernikahan kakak kandungku. Tanggal 20 Agustus 2013, terlebih dahulu aku menuju
ke Solo dari Tegal. Selain untuk menjemput Yudi dan Karsono yang sudah jauh –
jauh hari aku kabari untuk menemaniku ke Bukit Sikunir, juga untuk bertemu
dengan teman2 dan saudara2 di sana .
Rencana perjalanan yaitu hari Rabu kami berangkat. Tapi
karena kondisiku dan yang lain masih kecapekan jadi kami tunda keberangkatan,
dan akan berangkat pada hari kamis. Untuk sampai ke Dataran Tinggi Dieng
(Wonosobo) bisa melalui 2 jalur (dari Solo), yaitu bisa melalui jalur Jogja-Magelang,
dan juga melalui jalur Bawen. Bagi teman2 yang mungkin ingin backpackeran ke sana , bisa menggunkan
bus. Kalau lewat jalur Jogja-Magelang tinggal naik bus dari Solo jurusan
Jogja/Magelang, lalu dilanjut dengan naik bus jurusan Wonosobo, lalu bus
Wonosobo – Dieng. Kalau lewat jalur Bawen tinggal naik bus jurusan
Solo-Semarang, tapi kemudian turun di terminal Bawen, dilanjut bus Bawen-Wonosobo, lalu
bus Wonosobo-Dieng. Kalau mau ke Bukit Sikunir, turun di pertigaan Dieng, di
lanjut naik ojek, karena bus akan belok ke kanan (Bukit Sikunir belok ke kiri, nggak ada kendaraan lain selain ojek).
Jam 10 pagi kami berangkat dari Solo, dan jalur yang kami
akan lewati adalah melalui jalur Bawen menuju Wonosobo. Tim yang rencananya
hanya 3 orang, mendapat tambahan 3 orang lagi yang merupakan teman dari Yudi.
Perjalanan yang cukup lama yaitu sekitar 7 jam kita sampai
di dataran tinggi dieng (Dieng Plateau). Walaupun perjalanannya lama tapi tidak
membosankan karena pemandangan selama perjalanan sangatlah indah, dari
pemandangan Gunung Merbabu, Gunung Ungaran dari Bawen, juga Gunung Sindoro dan
Gunung Sumbing saat sudah mendekati Kota Wonosobo.
Foto : Pertigaan Utama di
Dataran Tinggi Dieng
Karena tujuan kami akan bermalam (ngecamp) di Bukit Sikunir, yang
terkenal dengan golden sunrisenya, jadi kami langsung menuju ke Bukit Sikunir yang
berada di Desa Sembungan, yang merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa (Katanya
desa ini merupakan desa tertinggi setelah pemukiman di Tibet sana
lho). Letak desa Sembungan cukup mudah, yaitu dari pertigaan di foto yang
atas, ke arah kiri terus mengikuti jalan aspal sampai ketemu desa paling ujung
yang sudah tidak beraspal. Kalau ke arah kiri pun maka akan melewati tempat wisata seperti
Telaga Warna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Teater, Candi Arjuna, dan tentu
saja Sikunir. Juga terdapat Telaga Cebongan yang tepat berada di bawah Sikunir.
Foto : Gerbang Masuk Desa Sembungan
Foto : Telaga Cebong dari atas Bukit Sikunir
Setibanya di Desa Sembungan, kita di sambut lembut oleh
warga sekitar. Karena kami ke sana pada hari
kamis,sehingga camp
khusus untuk para
pengunjung yang akan ke Bukit Sikunir pun sepi (hanya ramai saat malam minggu),
jadi kami memutuskan beristirahat di Masjid desa tersebut saja. Di desa
tersebut juga telah tersedia rumah yang di sediakan untuk bermalam pengunjung yang
memang tidak bertujuan ngecamp di Bukit Sikunir (Biasanya mereka akan naik saat waktu
sebelum subuh datang). Untuk menginap hanya membayar sekitar 100-200
ribu/malam. Karena kami memang berniat ngecamp di Bukit Sikunir maka kami harus
mendaki malam itu juga. Kami mulai mendaki sekitar jam 08.00 WIB (Ba’da Isya),
dan motor kita titipkan di rumah warga. Walaupun Bukit yang saya daki tidak
begitu tinggi, tapi karena anginnya yang begitu besar (Malam itu pas Bulan
Purnama) dan sudah sekitar 1 tahun tidak mendaki, jadi lumayan lah buat
mengendorkan otot – otot yang kaku..hehehe
Jam 9 kurang kami sudah sampai di atas bukit Sikunir, dan
seperti biasa hal yang pertama di lakukan adalah, mencari tempat buat ngecamp
(Biar bisa langsung siap2 tidur,,haha). Tenda sudah berdiri, makan, minum
sudah, lalu saatnya beristirahat untuk bersiap2 pagi sekali menuju shelter
tempat untuk melihat golden sunrise di puncak Sikunir. Target jam 4 kami sudah
bangun dan bersiap2 ke shelter pada jam setengah 5. Ditemani Badai Angin bukit
Sikunir kami pun tidur.
Tepat jam 4 setelah mendengar bunyi alarm handphone yang memang
di set untuk jam 4. Terdengar suara langkah kaki dan gaduh oleh pengunjung lain
yang datang mendaki untuk bersiap2 melihat Golden Sunrise. Kami pun tidak mau
ketinggalan langsung bersiap menuju ke sebuah tempat yang cukup lapang,
merupakan tempat yang memang ideal untuk melihat sunrise. Sesampai di atas,
ternyata sudah banyak pengunjung lain yang berkumpul dan bersiap2 menunggu
detik2 munculnya Golden Sunrise itu.
Dannnnnnnnnnnn,
akhirnya setelah kedinginan terkena badai angin yang masih kencang, terbitlah
sang fajar dengan indahnya, dengan warnanya yang mengkilau bagaikan warna sebuah
emas yang bersinar.
Dalam hati serasa berkata : "Selamat Pagi Indonesia, Selamat Pagi Alamku".
Koleksi Foto :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar